Pengalaman Bikin SIM C
10:44 AM
Senin, 14 november 2011 w akhirnya punya waktu buat bikin SIM C walaupun harus ijin tidak masuk kerja sehari, untung Ayu juga ikut bikin SIM C jadi ada teman. Saat kami sampai di Poltabes Barelang Batam, baru saja parkir motor sudah ada calo yang menawarkan SIM dengan cepat tanpa harus ikut tes teori dan praktek mengemudi motor, istilahnya SIMsalabim adakadabra, hehe. Tapi kami menolak karena kami mau bikin SIM secara formal tanpa calo.
Sebenarnya si... alasannya supaya hemat karena bikin SIM secara formal jauh lebih murah, kita hanya mengeluarkan biaya tes kesahatan Rp20.000,- dan biaya pembuatan SIM Rp100.000,- sedangkan klo pake calo kita harus bayar Rp350.000,- selisinya hampir Rp230.000,- wah lumayan besar untuk ukuran kami yang baru lulus kuliah dan memulai kerja.
Setelah masuk ke Poltabes Barelang Batam ternyata keadaan didalamnya tidak jauh berbeda dan anehnya polisi sendiri yang memberikan opsi mau tembak atau ikut tes, jelas kami pilih ikut tes karena belum dicoba kenapa harus menyerah sebelum perang. Sepertinya pemandangan calo di Poltabes Barelang Batam bukan lagi menjadi rahasia umum, tapi sesuatu yang biasa karena kegiatan yang kami lihat langsung, tanpa ada yang perlu disembunyikan dan semua jelas terlihat.
Ternyata tes praktek tidak semudah yang dibayangkan, kita harus melewati palang-palang dengan berjalan zig-zak, kaki tidak boleh menyentuh aspal dan palang tidak boleh jatuh, tapi lihat za tuh saat latihan sebelum tes palangnya pada jauh-jatuh, wkwkwkwkwkwk.
Mantab ga tuh, w dan Ayu ni saat melewati palang-palang
Akhirnya punya SIM juga kami, setelah melewati antrian panjang
Tapi justru dengan adanya kegiatan seperti itu membuat polisi kuwalahan dan ribet sendiri jadinya, sampai w pun kasian banget sama pak polisi yang lagi urusin SIM w waktu itu pak polisi mengeluh "mau ke WC za musi ditahan karena banyaknya tumpukan formulir yang harus diketik, sedangkan orang-orang ribut maunya cepat-cepat, siapa juga yang mau masuk neraka gara-gara ini".
Dan yang jadi pertanyaan adalah... apakah anggota-anggota dewan yang membuat peraturan dan prosedur pembuatan SIM juga melakukan hal yang sama seperti kita?? untuk mendapatkan SIM harus mengikuti tes teori dan praktek mengemudi juga. Dan kemudian presiden, pejabat -pejabat, sepertinya beliau-beliau itu semuanya sibuk apakah juga mengikuti tes teori dan praktek mengemudi untuk mendapatkan SIM??
Seandainya beliau-beliau itu TIDAK mengikuti peraturan dan prosedur pembuatan SIM, apakah peraturan dan prosedur pembuatan SIM dibuat hanya untuk kita sebagai masyarakat biasa?? wajarlah klo gto, yang membuat peraturan za TIDAK mencontohkan jadi jangan salahkan masyarakat lah klo nembak.
Jadi klo ingin peraturan dibuat bukan untuk dilanggar harus diterapkan mulai dari diri kita sendiri yaitu :
- Beliau-beliau yang membuat peraturan dan prosedur (anggota dewan dll)
- Penyelenggara peraturan dan prosedur (polisi dll)
- Kita sebagai masyarakat
3 komentar